Senin, 17 Juni 2019

HP Bocah Kecil Dijambret Driver Ojol, Warganet: Kalo Ketangkep Bapaknya Bisa Dibanting Tuh Orang


News Black Hole - 
Seorang driver ojek online terekam CCTV menjambret Handphone milik bocah yang sedang buang air kecil di depan rumahnya Jalan ZZ RT 12, RW 04, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat pada Minggu (16/6/2019).
Rekaman gambar bergerak ini diunggah oleh akun @warung_jurnalis. Dalam rekaman berdurasi 45 detik itu terlihat pelaku mengendarai sepeda motor Honda Beat B 4979 BPF memanfaatkan situasi yang sepi.
Pengemudi ojol terlihat langsung mengambil handphone yang masih digenggam oleh anak kecil tersebut. Setelah penjambret meninggalkan lokasi, terlihat sang bapak dengan tubuh kekar hanya menggunakan kaos keluar dari rumahnya. 


View this post on Instagram

OKNUM OJEK ONLINE TEREKAM CCTV SAAT MENJAMBRET HANDPHONE ANAK KECIL Hai Gaees,khususnya buat para orang tua nie selalu berhati hati dan waspada saat membiarkan anak kita yang masih kecil menggunakan atau membawa handphone saat keluar rumah,jika tidak anak kita bisa saja mengalami peristiwa seperti ini. Seorang oknum ojek online terekam kamera pengawas(cctv) saat merampas/menjambret handphone seorang bocah yang sedang asik buang air kecil digot depan rumahnya di Jalan ZZ RT 12 RW 04,Cengkareng Barat,Cengkareng,Jakarta Barat,pada Minggu(16/6/19) pagi tadi sekira pukul 06.56 WIB. Dari rekaman cctv terlihat jelas oknum ojek online menggunakan jaket Ojol Grab dengan sepeda motor matic warna putih Nopol B 4919 BPF.Sang bocah sempat menolak hpnya dirampas namun oknum ojol tersebut merampas paksa dan langsung melarikan diri seelah berhasil merampas Hp tersebut. Dihimbau bagi kita semua khususnya para ojol yang mengenali sepeda motor pelaku dengan nopol tersebut silakan melaporkan kekantor polisi terdekat atau ke pihak opeartor ojol tersebut. Info lippi Saputra #jambret #malinghp #oknum #ojol #ojekonline#grabike #grab #cengkareng #jakartabarat #warungjurnalis
A post shared by Warung Jurnalis (@warung_jurnalis) on


Beragam tanggapan pun menghiasai dindi media sosial tersebut. Seperti akun @fachriiha yang menulis, 'Kalo ketangkep bapaknya bisa dibanting tuh orang'
Kapolsek Cengkareng Kompol H. Khoiri mengaku sedang memburu pelaku yang sudah diketahui identitasnya.
"Untuk identitas pelaku sudah dikantongi dan sekarang sedang kami lakukan pengejaran," terang dia saat dihubungi, Senin (17/6/2019).
Namun demikian, ia belum bisa beberkan kepada awak media identitas pelaku. Sebab ditakutkan pelaku melarikan diri lebih jauh lagi.
"Nanti ketika sudah ditangkap akan kami sampaikan kepada rekan rekan media," pungkas dia.[]


Sumber : Akurat.co

Buang Sampah Sih Enak, Coba Sekali-sekali Tinggal Sekitar Bantargebang

News Black Hole - * Untuk masalah sosial masyarakat, pemberian kompensasi dalam bentuk duit bau kepada sekitar 18 ribu warga sekitar TPST rupanya tidak menyelesaikan. Buktinya, sebagian besar warga tiga kelurahan di Kota Bekasi seringkali mengeluhkan nilai uang kompensasi.
* Masalah sampah yang menggunung di TPST sebenarnya bukan hanya dirasakan oleh tiga kelurahan yang secara administratif berada di Kota Bekasi. Warga sejumlah kompleks perumahan di Kabupaten Bogor juga kena dampak polusi udara.
* Warga sudah sering mendengar pemerintah Jakarta memiliki terobosan-terobosan untuk menangani sampah warga Ibu Kota. Dia berharap hal itu bisa dijalankan dengan baik agar tak melulu mengandalkan Bantargebang.***
Perhentian terakhir saya mengikuti perjalanan sampah orang Jakarta yaitu bertemu sejumlah warga perumahan yang berada di dekat Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor. 
Sejak dulu sampai sekarang, TPST Bantargebang selalu dirundung rupa-rupa soal. Mulai dari masalah manajemen sampai masalah sosial masyarakat.

Untuk masalah sosial masyarakat, pemberian kompensasi dalam bentuk duit bau kepada sekitar 18 ribu warga sekitar TPST rupanya tidak menyelesaikan. Buktinya, sebagian besar warga tiga kelurahan di Kota Bekasi seringkali mengeluhkan nilai uang kompensasi yang diberikan Jakarta tak sepadan dengan bau, risiko kesehatan, dan kerusakan lingkungan yang mereka rasakan.
Pekerjaan rumah pemerintah sekarang ini sebenarnya bagaimana memperluas definisi ganti rugi menjadi pembenahan lingkungan yang lebih baik.
Masalah sampah yang menggunung di TPST sebenarnya bukan hanya dirasakan oleh tiga kelurahan yang secara administratif berada di Kota Bekasi. Warga sejumlah kompleks perumahan di Kabupaten Bogor juga kena dampak polusi udara.
Tentu saja mereka tidak mendapatkan jatah uang bau dan bukan itu pula yang sesungguhnya diharapkan warga yang menetap di kompleks perumahan.
Saya mengajak bicara Sumanto, warga Bumi Mutiara, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Rabu, Rabu 12 Juni 2019, untuk mengetahui seperti apa rasanya tinggal di perumahan dekat Bantargebang.
“Seperti abis hujan atau lama nggak hujan atau musim kemarau atau pagi. Misalnya lagi menguap di pagi hari, kita ingin menghirup udara segar, tapi malah bau sampah,” kata Sumanto.
“Baunya nggak enak, mengganggu hidung. Kadang-kadang di luar kan nyengat, kalau masuk rumah karena ada ventilasi di rumah, udara kan masuk ke rumah juga.”
Isu itu sudah sering menjadi pembahasan setiap acara kumpul-kumpul warga.

“Kadang-kadang misalnya warga lingkungan sering ngumpul, warga ngomong seperti tidak ada solusi baik pemda Bekasi maupun Jakarta, tapi imbasnya kan ke warga yang lain. Sering ngobrol-ngobrol gitu wae, antar tetangga maksudnya. Bukan ke aparat.”
Staf Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu berharap kepada pemerintah, terutama Jakarta, mengelola TPST Bantargebang dengan profesional agar tidak menjadi bom waktu bagi generasi mendatang.
“Pemprov DKI termasuk kaya, kenapa nggak mengelola sampah secara lebih profesional lagi. Misalnya, sudah penanggulangan untuk jangka panjangnya seperti apa, supaya daerah lain tidak terkena dampak. Karena itu kan jadi kena imbas Bogor ataupun Bekasi,” kata pria berusia 53 tahun.
Dia sudah mendengar pemerintah Jakarta memiliki terobosan-terobosan untuk menangani sampah warga Ibu Kota. Dia berharap hal itu bisa dijalankan dengan baik agar tak melulu mengandalkan Bantargebang.
Uap sampah Bantargebang juga dirasakan oleh Rusman Manyu, jurnalis yang tinggal di Vila Nusa Indah 5, Desa Bojongkulur. Tentu saja polusi udara sampai ke indera penciuman penduduk Vila Nusa Indah 5 karena jaraknya ke Bantergebang hanya sekitar dua kilometer.
“Cium bau pas anginnya lagi ke wilayah Selatan (Kabupaten Bogor), terus angin pas hujan, tapi cium baunya biasanya malem jam 10. Hampir setiap hari kalau malam, kalau pagi nggak kecuali hujan,” kata dia.
“Bau sampah, menyengat sih nggak banget menyengat. Cuma dia kerasa banget baunya.”
Walau terganggu, Rusman tidak melayangkan protes. Dia hanya menyayangkan saja kenapa masalah sampah tidak kelar-kelar juga.
“Protes sih nggak, di tempatku nggak, karena bukan wilayah terdampak terlalu besar, bukan setiap jam, pas angin aja, kalau malem aja.”
“Dampak kesehatan sih nggak, karena belum ada temuan, dampak paling bau ke rumahnya aja sih, meski sebetulnya sengatan aroma itu juga dampak. Saya nggak tahu peraturan berapa radiusnya harusnya DKI supaya tidak terdampak kesehatan. Tapi sejauh ini sih belum ada (dampak kesehatan) dari RT, RW.”
Rusman mengatakan lingkungan sekitar perumahannya banyak lahan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk menanam pohon. Pohon berguna untuk menyaring polusi udara. Tapi sayangnya, sampai sekarang belum terlihat ada inisiatif aparat pemerintah membuat gerakan penanaman pohon, sebaliknya warga yang inisiatif menanam pohon.
“Wilayah-wilayah yang tercium bau sampah atau tidak terlalu bau sekitaran Bantargebang, atau wilayah Bantargebang, atau perumahan-perumahan deket Bantargebang itu harusnya dibikin penghijauan. Karena itu kan memfilterisasi bau dan macem-macem dampak. Harusnya itu.”
“Saran saya, tempat saya banyak tanah-tanah kosong sama warga dibikin taman produktif, tapi itu biaya sendiri, kita inisiatif aja. Padahal itu yang perlu dipikirkan. Saran aku lebih cenderung penghijauan lebih penting.”
Rusman dapat memahami kenapa Jakarta menjadikan Bantargebang sebagai tempat pengelolaan sampah. Hanya saja, dia berharap pengelolaan sampah dilakukan lebih baik lagi untuk meminimalisir dampak terhadap lingkungan hidup dan masyarakat sekitar.
“Sebetulnya karena nggak ada tempat yang lain lagi sih, karena yang paling representatif ya Bantargebang, nggak tempat lain, gitu. Dan bukan cuma orang Jakarta yang buang ke sana, tapi Depok, atau apa lari ke situ juga kan,” kata dia. []


Sumber : Akurat.co

Tanggapan Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia Soal Pembatasan Iklan Rokok

News Black Hole - Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta Kementerian Komunikasi Dan Informatika (Kemkominfo) untuk memblokir iklan-iklan rokok yang ada di media internet. Permintaan pemblokiran itu disampaikan Kemenkes melalui surat Menteri Kesehatan kepada Menteri Komunikasi Dan Informatika tertanggal 10 Juni 2019.
Data mengenai tingkat prevalensi perokok anak dan remaja menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, pemblokiran iklan rokok merupakan upaya untuk menurunkan prevalensi merokok pada masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja.
Menanggapi hal tersebut, pihak Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) turut mendukung langkah yang dilakukan Kemenkes dan Kemkominfo.
"Sehubungan dengan aksi Kemkominfo yang melakukan take down akun dan konten berisi iklan rokok sebagai reaksi terhadap Surat Kemenkes tentang pemblokiran iklan rokok di internet, AMTI beserta seluruh elemennya selalu mendukung kebijakan pemerintah yang berimbang dan tidak berpihak," ujar Ketua Bidang Media Center AMTI, Hananto Wibisono, kepada AkuratHealth, Senin, (17/6).
Menurut Hananto, peraturan periklanan sendiri harus sesuai dalam undang-undang yang telah ditetapkan.
"Peraturan mengenai iklan kan sudah diatur dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan ada 13 Pasal yang mengatur tentang iklan dan promosi di PP 109 Tahun 2012," tambahnya.
Lebih lanjut, Hananto berharap pemerintah tidak sekadar memperhatikan generasi penerus bangsa. Keberlangsungan hidup para petani yang menjadikan tembakau sebagai penghasilan hidup juga harus diberi porsi yang sama.
"Sehubungan dengan itu, AMTI meminta pemerintah untuk mempertimbangkan keberlangsungan para pemangku kepentingan IHT (Industri Hasil Tembakau. Dalam melaksanakan kebijakan, maupun membuat peraturan yang dapat berpengaruh kepada petani, pekerja dan pelaku usaha," lanjut Hananto.
Selain itu, kedepannya Hananto berharap Pemerintah juga ikut melibatkan para pelaku yang bergerak di industri tembakau dalam membuat sebuah keputusan.
"Disamping itu, AMTI juga meminta pemerintah melibatkan para pemangku kepentingan IHT dalam perumusan kebijakan dan perundang-undangan yang mempengaruhi keberlangsungan IHT," tutupnya.[]

Sumber : Akurat.co

Kamu Sering ke Puncak tapi Belum Mampir ke Warpat?

News Black Hole - Tidak sedikit masyarakat Jakarta memilih berlibur ke Puncak, Bogor, Jawa Barat. Bahkan setiap hari libur tiba, jalan menuju puncak selalu padat nyaris 24 jam.
Selain menikmati kesejukan udara di puncak yang dingin, ada beberapa tempat kuliner yang bisa kunjungi. Salah satunya wisata kuliner di Warpat (warung patra) yang berada Jln. Raya Puncak Cisarua, Bogor.
Tempat kuliner ini menjadi favorit bagi anak muda. Dari pantauan AkuratKuliner baru-baru ini, mulai sore sampai malam hari, parkiran Warpat dipenuhi oleh motor dan mobil.
Rama, salah satu pengujung asal Jakarta, memilih tempat kuliner ini dikarenakan harganya yang terjangkau. Memang benar beberapa tempat makan menawarkan harga yang murah, mulai dari 5 ribu rupiah sampai 20 ribu rupiah saja.
"Ke sini pengen coba aja, rame terus kan sama anak muda, murah juga seperti jajan warkop," katanya kepada AkuratKuliner. 
Terdapat beberapa tempat makan yang menawarkan ragam menu seperti susu jahe, wedang jahe, mie, jagung bakar dan sate.
Tempat ini juga menawarkan pemandangan beberapa bukti yang sangat indah di siang hari, dan menjelang sore ke malam hari, kabut turun dan membuat suasana menjadi lebih dingin. Tenang.
"Kalau siang ini bagus. Kebetulan saya ke sini pas malam, ngambil susana dinginya aja kan enak sambil minum wedang," lanjutnya.
Bagi kamu yang ingin kulineran dan nongkrong bersama teman di Warpat, harus menggunakan jaket tebal dan serta sarung tangan ya.
Sering ke Puncak tapi belum ke Warpat? Ah!


Sumber : Akurat.co

Bicara Terbata-bata, Agung Hercules Sempat Tak Mengenali Jeremy Teti

News Black Hole - Komedian Agung Hercules saat ini tengah dirawat di RSUD Kota Tangerang karena penyakit kanker otak stadium IV yang dideritanya. Akibat penyakit tersebut, Agung sudah tidak bisa berbicara lancar seperti sedia kala.
Hal tersebut diungkapkan oleh pembawa acara Jeremy Teti yang melihat langsung kondisi Agung di ruang rawat RSUD Kota Tangerang, siang tadi.
"Ngomongnya terbata-bata, dia enggak bisa ngomong banyak karena efek dari gangguan di otaknya itu membuat dia sulit untuk berbicara banyak," ujar Jeremy Teti di RSUD Kota Tangerang, Kawasan Kelapa Indah, Kota Tangerang. Senin (17/6/2019).
Tak hanya itu, Jeremy juga mengatakan kalau sahabatnya itu sudah tidak mengenali lagi dirinya. Ia pun sempat kaget dengan hal tersebut.
"Iya, aku juga kaget dia enggak kenal aku, apa aku yang berubah gitu. Aku Jeremy, masa lu enggak kenal aku 'oh iya' baru dia gitu. Ya butuh waktu orang sakit kan, kita harus memaklumi psikologis orang sakit, apalagi sudah lama enggak ketemu sama Agung," tukasnya.[]

Sumber : Akurat.co